Jumat, 24 September 2010

Jembatan

Sedalam dalam sajak
Tak kan mampu menampung
Air mata bangsa
Kata kata telah lama terperangkap
Dalam basa basi
Dalam teduh pakewuh
Dalam isyarat
Dan kilah tanpa makna

Maka lebih baik
Aku membaca wajah orang berjuta
Wajah orang orang yang berdiri satu kaki
Dalam penuh sesak bis kota
Wajah yang tergusur
Wajah yang ditilang malang
Wajah para muda yang matanya letih
Menyimak daftar lowongan kerja

Wajah yang tercabik cabik dalam pengap pabrik
Wajah yang disapu sapu sepatu
Wajah legam para pemulung yang memungut remah remah pembangunan

Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar etalase indah di berbagai plaza
Wajah yang diam diam menjerit
Memekik
Melolong
Mengucap

Tanah air kita satu
Bangsa kita satu
Bahasa kita satu
Bendera kita satu

tapi wahai saudara satu bendera!
mengapa kini ada yang terasa jauh berbeda di antara kita?
Sementara jalan jalan raya mekar dimana mana menghubungkan kota kota
Jembatan jembatan tumbuh kokoh merentangi semua sungai dan lembah yang ada

Di lembah lembah kusam
Pada pucuk tulang kersang
Dan otot linu mengerang

Mereka pancangkan koyak moyak bendera hati!
Dipijak ketidakpedulian para saudara!

Gerimis tak kan mampu menguncupkan kibarannya
Lalu tanpa tangis mereka menyanyi

Padamu negeri....
Air mata kami..............

SUTARDJI C. BACHRI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar